Semoga ini bukan pembenaran, melainkan sebuah pengakuan bahwa diri ini adalah manusia seutuhnya. Sama seperti dirimu dan mereka. Namun tidaklah banyak yang ingin aku ucapkan, karena sebenarnya aku lebih memilih untuk hanya diam. Meski nyatanya aku kini sama sepertimu, menggugat selain diriku. Persetan dengan segala pikirmu, semua lakumu hanya Tuanlah yang tau. Namun menurutku, semua sanggah yang terlontar hanya takkan berarti ketika tanah ini bergetar. Bahkan seorang ibu yang telah pergi jauh jatuh ke pada apa yang selalu diinjaknya takkan mampu menyelamatkan kasihnya yang lupa siapa dirinya. Atau mungkin kita semua sama dengan apa yang dipersamakan dengan apa yang kita anggap sama. Sudahlah, lebih baik aku diam, dari telingamu. Meracau hebat di telinga diriku yang lain, yang tak henti kugugat dan menggugatku.

AFS
09122014